Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Nilai Integritas dari Saifuddin Zuhri

Laskar Hizbullah. Pada zaman revolusi fisik, laskar yang dibentuk pada 1944 itu memiliki peran cukup besar. Dari laskar ini pula muncul beberapa tokoh nasional. Salah satunya Saifuddin Zuhri. Ia adalah Komandan Divisi Hizbullah Jawa Tengah dan anggota Dewan Pertahanan Daerah Kedu. Ia antara lain terlibat dalam Pertempuran Ambarawa.

Lahir di Banyumas pada 1 Oktober 1919, Saifuddin sejak kanak-kanak tumbuh dalam lingkungan agamis. Tak heran bila jalur pendidikan yang ditempuhnya selalu di jalur ini. Ia sempat menimba ilmu di Madrasah Ibtidaiyah Al Huda, Madrasah Mambaul Ulum, Madrasah Salafiyah, dan Lembaga Pendidikan Al Islam.
 
Saifuddin juga aktif di organisasi Nahdlatul Ulama. Ia antara lain sempat menjadi Konsul Daerah Ansor dan NU Jawa Tengah serta Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Adapun di pemerintahan, keterlibatan Saifuddin diawali di Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Lantas, ia diangkat sebagai menteri agama pada 1964.

Dalam kehidupannya, Saifuddin yang semasa muda berprofesi sebagai wartawan juga dikenal sebagai penulis buku. Salah satu karyanya adalah Berangkat dari Pesantren. Buku ini rampung pada 10 September 1985. Sekitar enam bulan berselang, tepatnya 25 Februari 1986, Saifuddin meninggal dunia. Buku yang diterbitkan pada 1987 itu pun menjadi karya terakhirnya.

1. Karena Kamu Adikku

Ada pertimbangan sangat masak yang dibuat Bung Karno ketika memutuskan mengangkat Saifuddin Zuhri sebagai menteri agama di Kabinet Dwikora I pada 27 Agustus 1964. Bung Karno terkesan oleh kepribadian dan sikap amanah yang ditunjukkan Saifuddin kala diberi kepercayaan.

Sebagai menteri agama, Saifuddin kembali menunjukkan sikap tersebut. Suatu ketika, Mohammad Zainuddin Dahlan, adik iparnya, mendatangani kantor Saifuddin. Ia bermaksud meminta Saifuddin memberangkatkannya ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji dengan menggunakan fasilitas Kementerian Agama yang dipimpin Saifuddin.

Mendengar hal itu, Saifuddin menolaknya. “Sebagai orang yang berjasa dan mengingat kondisi perekonomianmu belum memungkinkan, sudah layak jika Departemen Agama menghajikan. Apalagi kamu pernah berjuang dalam perang kemerdekaan. Tapi, ada satu hal yang menyebabkan aku tak mungkin membantu melalui haji departemen. Karena kamu adikku. Coba kamu orang lain, sudah lama aku hajikan,” tutur Saifuddin.


Coba menurut kalian, nilai-nilai integritas apa yang kita dapat teladani dari kisah di atas?

  1. Jujur 
  2. Berani  
  3. Mandiri  
  4. Peduli  
  5. Tanggung Jawa  
  6. Kerja Keras  
  7. Sederhana  
  8. Adil  
  9. Displin

2. Hobi Baru Sang Mantan Menteri

Sungguh mencurigakan. Demikian terbersit di benak anak-anak Saifuddin Zuhri melihat kebiasaan baru sang ayah pada 1980-an. Selepas salat duha, sekitar pukul 09.00, ia keluar dari rumah mengendarai mobilnya. Sendirian saja. Siang hari, selepas zuhur, barulah ia kembali ke rumah. Itu berlangsung setiap hari.

Selidik punya selidik, Menteri Agama RI periode 1962–1967 itu berangkat ke Glodok. Di Pasar Glodok, tanpa sepengetahuan keluarganya, Saifuddin berjualan beras. Hal ini kemudian terkuak juga ketika seorang anaknya memergoki ia tengah menjajakan beras dagangannya.

Fakta ini cukup mengejutkan karena Saifuddin sebenarnya memiliki uang pensiun yang cukup untuk menghidupi keluarganya. Namun, Saifuddin memilih berdagang karena ingin keluarganya makan dari uang hasil jerih payahnya sendiri, bukan dari uang pensiun yang bersumber dari kas negara.

Konon, uang pensiun itu tidak disentuhnya. Uang itu dikumpulkan hingga kemudian dibelikan rumah di Jalan Hang Tuah 1/6, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Rumah itu pun tak lantas ditinggali bersama keluarganya, tetapi dijadikan Rumah Bersalin Muslimat NU.

Coba menurut kalian, nilai-nilai integritas apa yang kita dapat teladani dari kisah di atas?

  1. Jujur 
  2. Berani  
  3. Mandiri  
  4. Peduli  
  5. Tanggung Jawa  
  6. Kerja Keras  
  7. Sederhana  
  8. Adil  
  9. Displin


 

Sumber:
aclc.kpk.go.id
Orange Juice for Integrity

Posting Komentar untuk "Nilai Integritas dari Saifuddin Zuhri"