Penerima Hadiah Nobel Bidang Kedokteran Tahun 2025: Penemuan Revolusioner tentang Toleransi Imun Perifer
Profil Para Penerima
Mary E. Brunkow
Mary E. Brunkow lahir pada tahun 1961 di Amerika Serikat. Ia lulus dari sekolah menengah di Portland, Oregon, dan memperoleh gelar Ph.D. dalam biologi molekuler dari Princeton University pada tahun 1991. Saat ini, ia menjabat sebagai Senior Program Manager di Institute for Systems Biology (ISB) di Seattle, Washington. Brunkow dikenal karena karyanya dalam genetika dan imunologi, khususnya dalam mengidentifikasi gen yang mengatur sel-sel kekebalan. Penelitiannya telah menjadi dasar bagi terapi inovatif di bidang bioterapi.
Fred Ramsdell
Fred Ramsdell, yang lahir pada 4 Desember 1960 di Elmhurst, Illinois, adalah seorang ahli imunologi berpengalaman. Ia memperoleh gelar Ph.D. dalam mikrobiologi dan imunologi dari University of California, Los Angeles (UCLA) pada tahun 1987. Saat ini, Ramsdell bekerja sebagai Scientific Advisor di Sonoma Biotherapeutics di San Francisco. Latar belakangnya sebagai alumnus UCLA dan pengalaman di bidang bioteknologi membuatnya menjadi tokoh kunci dalam mengembangkan aplikasi klinis dari penelitian imun.
Shimon Sakaguchi
Shimon Sakaguchi lahir pada 19 Januari 1951 di Nagahama, Prefektur Shiga, Jepang. Ia memperoleh gelar M.D. dan Ph.D. dari Kyoto University dan saat ini menjabat sebagai Distinguished Professor di Immunology Frontier Research Center, Osaka University. Sakaguchi adalah pionir dalam imunologi, dengan penghargaan sebelumnya seperti Crafoord Prize (2017) dan Robert Koch Prize (2020). Penelitiannya yang berani melawan arus utama telah mengubah pemahaman kita tentang regulasi kekebalan.
Penemuan Ilmiah: Toleransi Imun Perifer dan Sel T Regulator
Sistem kekebalan tubuh manusia adalah pertahanan utama melawan patogen seperti virus dan bakteri. Sel T, komponen kunci dari sistem ini, memiliki reseptor yang mendeteksi ancaman. Namun, proses acak dalam pembentukan reseptor ini dapat menghasilkan sel T yang menyerang jaringan tubuh sendiri, menyebabkan penyakit autoimun seperti rheumatoid arthritis atau multiple sclerosis.
Sebelum penemuan para penerima ini, diketahui bahwa toleransi imun sentral terjadi di timus, di mana sel T yang berbahaya dihilangkan. Namun, beberapa sel lolos, sehingga diperlukan mekanisme tambahan: toleransi imun perifer.
- Kontribusi Shimon Sakaguchi: Pada 1980-an, Sakaguchi melakukan eksperimen pada tikus baru lahir tanpa timus, yang mengakibatkan penyakit autoimun. Ia mengidentifikasi sel T regulator (Treg), yang ditandai dengan protein CD4 dan CD25, yang menenangkan sistem kekebalan dan mencegah serangan terhadap tubuh sendiri. Penemuan ini dipublikasikan pada 1995 di The Journal of Immunology.
- Kontribusi Mary Brunkow dan Fred Ramsdell: Mereka mempelajari strain tikus "scurfy" yang menderita gejala autoimun parah karena mutasi pada kromosom X. Pada 1990-an, mereka memetakan genom dan menemukan gen Foxp3 (bagian dari keluarga forkhead box). Mutasi pada gen ini menyebabkan kegagalan pengembangan Treg. Penelitian mereka dipublikasikan pada 2001 di Nature Genetics, dan menghubungkannya dengan penyakit IPEX pada manusia. Pada 2003, Sakaguchi mengonfirmasi bahwa FOXP3 mengontrol Treg dalam publikasi di Science.
Penemuan ini menjelaskan bagaimana Treg memastikan sistem kekebalan "tenang" setelah menghilangkan ancaman dan mencegah serangan autoimun.
Dampak dan Aplikasi dalam Pengobatan
Penemuan ini telah merevolusi pengobatan. Dalam kanker, Treg sering melindungi tumor dari serangan imun. Peneliti kini mengembangkan cara untuk menghancurkan Treg di tumor, sehingga sistem kekebalan dapat menyerang kanker lebih efektif. Untuk penyakit autoimun, pendekatan sebaliknya: meningkatkan Treg menggunakan interleukin-2 atau mengisolasi dan memperbanyak Treg di laboratorium untuk disuntikkan kembali ke pasien.
Strategi lain termasuk memodifikasi Treg dengan antibodi untuk melindungi organ transplantasi seperti hati atau ginjal dari penolakan imun. Uji klinis sedang berlangsung untuk mengobati penyakit autoimun, meningkatkan pengobatan kanker, dan mencegah komplikasi pasca-transplantasi sel punca. Penemuan ini juga relevan dengan pandemi seperti COVID-19, di mana sistem kekebalan yang tidak terkendali dapat menyebabkan kerusakan parah.
Penganugerahan Hadiah Nobel 2025 kepada Brunkow, Ramsdell, dan Sakaguchi menegaskan pentingnya penelitian dasar dalam imunologi. Penemuan mereka tentang Treg dan FOXP3 tidak hanya menyelesaikan teka-teki ilmiah tetapi juga membuka jalan bagi terapi yang dapat menyembuhkan penyakit kronis.
Di era di mana penyakit autoimun memengaruhi jutaan orang dan kanker tetap menjadi ancaman utama, kontribusi mereka memberikan harapan baru untuk pengobatan yang lebih efektif dan personal. Hadiah ini juga mengingatkan kita pada kolaborasi internasional dalam sains, dengan penerima dari Amerika dan Jepang yang bekerja bersama untuk kemajuan umat manusia.
Posting Komentar untuk "Penerima Hadiah Nobel Bidang Kedokteran Tahun 2025: Penemuan Revolusioner tentang Toleransi Imun Perifer"