Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penerima Hadiah Nobel Bidang Perdamaian Tahun 2025

Hadiah Nobel Perdamaian adalah salah satu penghargaan paling bergengsi di dunia, yang diberikan setiap tahun oleh Komite Nobel Norwegia untuk menghormati individu atau organisasi yang telah berkontribusi secara luar biasa dalam mempromosikan perdamaian, resolusi konflik, dan hak asasi manusia.

Pada tahun 2025, penghargaan ini diberikan kepada María Corina Machado, seorang pemimpin oposisi Venezuela, atas "kerja kerasnya yang tak kenal lelah dalam mempromosikan hak-hak demokrasi bagi rakyat Venezuela dan perjuangannya untuk mencapai transisi yang adil dan damai dari kediktatoran ke demokrasi."

Pengumuman ini dilakukan pada Selasa, 14 Oktober 2025, di Oslo, Norwegia, dan menjadi sorotan internasional mengingat situasi politik yang tegang di Venezuela.

Artikel ini akan membahas secara lengkap profil María Corina Machado, latar belakangnya, karir politiknya, kontribusi utamanya terhadap demokrasi di Venezuela, kontroversi yang menyertainya, serta alasan di balik penghargaan Nobel Perdamaian 2025. Informasi ini diambil dari sumber-sumber terpercaya untuk memberikan gambaran yang detail dan jelas.

Latar Belakang dan Kehidupan Awal

María Corina Machado Parisca lahir pada 7 Oktober 1967 di Caracas, Venezuela. Ia adalah anak sulung dari empat bersaudara, putri dari psikolog Corina Parisca dan pengusaha baja Henrique Machado Zuloaga.

Keturunannya berasal dari keluarga terkemuka di Venezuela, termasuk Marquis of Toro ke-3, penulis Eduardo Blanco, pelukis Martín Tovar y Tovar, dan insinyur Ricardo Zuloaga. Kakek buyutnya, Armando Zuloaga, tewas dalam pemberontakan melawan diktator Juan Vicente Gómez.

Machado adalah seorang Katolik yang taat, telah bercerai, dan memiliki tiga anak yang kini tinggal di luar negeri karena ancaman kematian terhadap keluarganya.

Pendidikannya mencakup gelar Sarjana Sains di bidang teknik industri dari Universitas Katolik Andrés Bello, serta gelar Master Sains di bidang keuangan dari Institut Studi Tinggi Administrasi (IESA) di Caracas. Ia juga mengikuti Program World Fellows di Universitas Yale pada 2009 dan menjadi bagian dari program Young Global Leaders pada 2005 dan 2011.

Sebelum terjun ke politik, Machado bekerja di industri otomotif di Valencia dan mendirikan Fundación Atenea pada 1992 untuk merawat anak yatim piatu dan anak jalanan yang nakal, menggunakan donasi swasta. Ia juga memimpin Oportunitas Foundation, tetapi mundur dari peran tersebut untuk menghindari politisasi setelah terlibat dalam aktivisme politik.

Karir Politik

Karir politik Machado dimulai pada 2001 ketika ia mendirikan organisasi sipil Súmate bersama Alejandro Plaz, yang bertujuan memantau pemilu dan mempromosikan proses demokrasi di tengah polarisasi Venezuela di bawah pemerintahan Hugo Chávez. Súmate memimpin pengumpulan petisi untuk referendum pencabutan Chávez pada 2004.

Pada Februari 2010, ia mundur dari Súmate untuk mencalonkan diri sebagai anggota Majelis Nasional. Ia memenangkan pemilihan pendahuluan oposisi untuk mewakili negara bagian Miranda dan terpilih pada September 2010 sebagai kandidat dengan suara terbanyak secara nasional, menjabat dari Januari 2011 hingga Maret 2014.

Pada 2011, Machado mencalonkan diri untuk pemilihan presiden 2012, di mana ia secara terbuka menantang Chávez di Majelis Nasional mengenai isu ekonomi seperti kelangkaan barang, kejahatan, dan nasionalisasi.

Meskipun kalah dalam pemilihan pendahuluan oposisi dari Henrique Capriles, ia tetap mendukungnya. Pada 2012, ia mendirikan partai politik Vente Venezuela dan menjabat sebagai Koordinator Nasionalnya. Ia sempat bergabung dengan Justice First (2010–2012) dan menjadi bagian dari Democratic Unity Roundtable (MUD) serta Unitary Platform.

Jabatan di Majelis Nasional berakhir pada Maret 2014 setelah anggota parlemen pro-Maduro mencopotnya karena berbicara di Organisasi Negara-Negara Amerika (OAS) sebagai utusan alternatif Panama mengenai protes Venezuela.

Ia mengecam tindakan ini sebagai ilegal dan bagian dari kediktatoran. Dari 2014 hingga 2021, ia menjadi pembawa acara radio mingguan "Contigo: Con María Corina Machado" di Radio Caracas Radio.

Pada 2019, di tengah krisis presiden Venezuela, ia menyatakan siap mencalonkan diri jika Juan Guaidó mengadakan pemilu. Ia memenangkan pemilihan pendahuluan Unitary Platform pada Oktober 2023 untuk menjadi kandidat oposisi dalam pemilu presiden 2024, meskipun mengkritik Dewan Pemilu Nasional dan menganjurkan pemungutan suara manual.

Kontribusi Utama terhadap Demokrasi di Venezuela

Machado telah menjadi pemimpin oposisi utama melawan pemerintahan Chávez dan Nicolás Maduro. Melalui Súmate, ia memperjuangkan transparansi pemilu dan kebebasan sipil, termasuk referendum 2004.

Pada 2014, ia mengorganisir demonstrasi selama protes Venezuela dan ikut menyusun inisiatif "La Salida" bersama Leopoldo López untuk menekan penggulingan Maduro. Ia mendukung sanksi internasional selama krisis Venezuela dan menganjurkan intervensi asing atas dasar kemanusiaan untuk transisi demokrasi, karena yakin Maduro tidak bisa digulingkan secara demokratis.

Sebagai pemimpin Vente Venezuela, ia mempromosikan "kapitalisme populer", privatisasi entitas negara seperti PDVSA, larangan pemilihan ulang politik, pernikahan sesama jenis, legalisasi ganja medis, dan debat tentang aborsi dalam kasus risiko maternal atau pemerkosaan. Ia menekankan akses pendidikan dan reformasi peradilan.

Meskipun didiskualifikasi pada Juni 2023, ia tetap memimpin kampanye oposisi, mendukung kandidat Edmundo González Urrutia, yang menurut jajak pendapat memimpin atas Maduro.

Setelah pemilu 28 Juli 2024 yang kontroversial—di mana oposisi mengklaim kemenangan telak González sementara Maduro mengklaim kemenangan tanpa bukti—Machado mempublikasikan bukti suara dari persembunyiannya dan bersembunyi pada Agustus 2024 karena takut akan keselamatannya. Ia muncul kembali secara publik pada Januari 2025 setelah rapat umum di Chacao, Caracas.

Machado menggambarkan dirinya sebagai liberal sentris, anti-komunis, dan satu-satunya non-sosialis di spektrum politik Venezuela. Ia menandatangani Piagam Madrid 2020, mendukung Presiden AS Donald Trump sebagai "visioner" melawan Maduro, dan berencana memulihkan hubungan dengan Israel. Ia mengagumi Margaret Thatcher dan telah berbicara di acara-acara kanan jauh seperti rapat umum Patriots.eu 2025 di Madrid.

Kontroversi

Machado menghadapi berbagai tuduhan, termasuk pengkhianatan dan konspirasi pada 2005 karena Súmate menerima dana dari National Endowment for Democracy (NED) AS, yang dikecam oleh Human Rights Watch dan Departemen Luar Negeri AS sebagai intimidasi. Ia juga dituduh menandatangani Dekrit Carmona selama kudeta 2002, meskipun mengklaim itu hanya daftar hadir; sidang ditangguhkan pada 2006.

Pada 2014, Majelis Nasional menyelidiki tuduhan pengkhianatan, dan pemerintah menuduhnya merencanakan penggulingan Maduro dengan bukti email yang ternyata dipalsukan oleh intelijen Venezuela (SEBIN), menurut firma keamanan siber AS Kivu.

Diskualifikasi 15 tahun pada 2023 oleh pengawas umum, yang dihubungkan dengan dugaan kejahatan Guaidó dan dukungan sanksi, ditegaskan oleh Mahkamah Agung pada Januari 2024. PBB, OAS, UE, dan lainnya mengecamnya sebagai sewenang-wenang. Kritikus menggambarkannya sebagai "sayap kanan radikal" karena pandangannya tentang intervensi militer dan privatisasi, yang menarik oposisi dari Chavismo dan beberapa moderat.

Selain itu, Machado sering menjadi korban serangan fisik oleh pendukung pemerintah selama demonstrasi pada 2013–2014, seperti di Sabaneta, bandara Puerto Ordaz, dan Caricuao.

Penghargaan Nobel Perdamaian 2025 dan Dampaknya

Pada 10 Oktober 2025, Machado dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian sebagai penerima tunggal. Komite Nobel menekankan perjuangannya untuk transisi damai di Venezuela. Ia mendedikasikan penghargaan ini untuk rakyat Venezuela yang menderita dan Presiden Trump atas dukungannya.

Sebelumnya, ia dinominasikan oleh Inspira América Foundation pada Agustus 2024 dan didukung oleh Senator AS seperti Marco Rubio dan Rick Scott. Ia juga termasuk dalam daftar 100 Wanita BBC pada 2018, 100 Orang Paling Berpengaruh TIME pada 2025, dan memenangkan hadiah seperti Libertad Cortes de Cádiz 2015 serta Liberal International Prize for Freedom 2019.

Penghargaan ini diharapkan meningkatkan perhatian internasional terhadap krisis Venezuela, mendorong dialog damai, dan memperkuat oposisi. Namun, di tengah ketegangan pasca-pemilu 2024, Machado tetap menghadapi risiko, termasuk insiden penahanan singkat pada Januari 2025.

María Corina Machado mewakili semangat perlawanan damai terhadap otoritarianisme di Venezuela. Melalui karirnya yang penuh risiko, ia telah menginspirasi jutaan orang untuk memperjuangkan demokrasi.

Hadiah Nobel Perdamaian 2025 tidak hanya mengakui pencapaiannya, tetapi juga menyoroti pentingnya dukungan global untuk transisi damai di negara-negara yang dilanda konflik. Meskipun kontroversial, dedikasinya terhadap hak asasi manusia dan perdamaian tetap menjadi teladan bagi generasi mendatang.

Posting Komentar untuk "Penerima Hadiah Nobel Bidang Perdamaian Tahun 2025"

Native Async